Jumat, 29 September 2006

manhaj

بسم الله الر حمن الرحيم
NASEHAT SYAIKH RABI’ BIN HADI – HAFIZHAHULLAH- KEPADA UMMAT DAN PEMBAWA BENDERA SALAFIYAH

Oleh : Asy-Syaikh Rabi' -Hafidzahullah-

Segala puji hanya milik Allah, semoga shalawat dan salam tercurahkan atas Rasulullah, para keluarga, para sahabat dan orang yang mengikuti petunjuk beliau. Ammä Ba’du :
Sesungguhnya kita umat Islam telah diberikan keistimewaan oleh Allah diatas umat-umat yang lain, yaitu bahwa kita menyuruh kepada yang ma’rüf dan mencegah dari yang munkar. Allah Ta’älä berfirman :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar” (QS. Äli ‘Imrän : 110).
Dan Rasulullah shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيَغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ
“Barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya, jika ia tidak mampu maka dengan hatinya dan itu merupakan iman yang paling lemah.” Rabb kita juga membebankan kepada kita untuk menjadi orang-orang yang menegakkan keadilan.
Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالـِدَيْنِ وَاْلأقْرَبِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang menegakkan keadilan dan menjadi saksi karena Allah, sekalipun terhadap diri sendiri atau ibu-bapa dan kaum kerabat” (QS. An-Nisä` : 135)
(Allah) juga memerintahkan kita untuk tolong-menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan dan melarang kita dari tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Allah Ta’ala berfirman :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Mä`idah : 2) (Allah) juga memerintahkan untuk berjihad dalam rangka menyebarkan agama dan membelanya, (yaitu) jihad dengan pedang dan tombak. (Allah) juga memerintahkan kita untuk berjihad dengan keterangan, hujjah dan penjelasan. Ini merupakan jihad para Nabi ‘alaihimush shalätu wassaläm. (Allah) juga memerintahkan untuk senantiasa berlaku dan memilih kejujuran dan (Allah) melarang kita dari perbuatan dan memilih kedustaan. Nabi shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda :
عليكم بالصدق فإن الصدق يهدي إلى البر وإن البر يهدي إلى الجنة ولا يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقاً، وإياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي إلى النار ولا يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند الله كذاباً “Hendaklah kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan dan sesungguhnya kebajikan itu membawa kepada sorga. Dan seseorang itu terus-menerus berlaku jujur dan memilih kejujuran sampai ia dicatat sebagai seorang shiddïq di sisi Allah. Dan berhati-hatilah kalian dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu menjerumuskan kepada kekejian dan sesungguhnya kekejian itu menggiring kepada neraka. Dan seseorang itu terus-menerus berdusta dan memilih kedustaan hingga ia dicatat sebagai kadzdzab (pendusta) di sisi Allah.” (Allah) juga memperingatkan kita dari sangkaan yang dusta. Nabi ‘alaihish sholätu wassaläm bersabda :
إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث
“Berhati-hatilah kamu dari sangkaan yang jelek, karena sesungguhnya sangkaan yang jelek itu merupakan perkataan yang paling besar kedustaannya.” (Allah) juga memerintahkan kita untuk menjalin persaudaraan dan antusias dalam mewujudkan jalinan persaudaraan tersebut. Rasulullah shallallähu ‘alaihi wasallam bersabda :
المسلم أخو المسلم لا يخونه ولا يخذله، كل المسلم على المسلم حرام عرضه وماله ودمه، التقوى هاهنا بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim (yang lain), ia tidak mengkhianatinya dan tidak pula menjatuhkannya. Setiap muslim terhadap muslim yang lainnya adalah haram kehormatan, harta dan darahnya. Taqwa itu ada di sini. Cukuplah terhitung sebagai kejelekan, seseorang menghina saudaranya muslim (yang lain).” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia berkata : Hadist hasan. Dan Rasulullah shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا تحاسدوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يبع بعضكم على بيع بعض وكونوا عباد الله إخواناً، المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يخذله : التقوى هاهنا ويشير إلى صدره ثلاث مرات، بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم، كل المسلم على المسلم حرام دمه وماله وعرضه
“Janganlah kalian saling hasad, saling membenci dan saling membelakangi, dan janganlah sebagian kalian (menyaingi) proses penjualan yang sedang dilakukan saudaranya. Dan jadilah kalian –wahai hamba-hamba Allah- sebagai saudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim (yang lain), ia tidak menzhaliminya dan tidak pula menjatuhkannya. Taqwa ada di sini -dan beliau menunjuk ke dada beliau- (beliau mengulanginya) tiga kali. Cukuplah terhitung sebagai kejelekan, seseorang menghina saudaranya (muslim yang lain). Setiap muslim terhadap muslim (yang lainnya) adalah haram darah, harta dan kehormatannya.” Diriwayatkan oleh Muslim. (Allah) juga memerintahkan kita untuk menasehati. Rasulullah shallalähu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الدين النصيحة فقلنا لمن يا رسول الله ؟ قال: لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم
“Agama itu adalah nasehat. Kami bertanya, ‘Untuk siapa wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda : ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum awam dari kalangan mereka’.” Dia juga memerintahkan kita untuk menolong orang yang terzhalimi dan orang yang menzhalimi, dimana Rasulullah shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda :
انصر أخاك ظالماً أو مظلوماً، فقال رجل: يا رسول الله ، أنصره إذا كان مظلوماً، أفرأيت إذا كان ظالماً كيف أنصره ؟ قال تحجـزه، أو تمنعـه، من الظلم فإن ذلك نصره
“Tolonglah saudaramu dalam keadaan ia menzhalimi atau dizhalimi. Maka seorang lelaki berkata : ‘Saya menolongnya jika ia dizhalimi, bagaimana pendapatmu jika ia yang menzhalimi, bagaimana saya menolongnya?’ Beliau menjawab : ‘Engkau halangi dia atau engkau mencegahnya dari berbuat zhalim, maka sesungguhnya hal itu merupakan pertolongan terhadapnya’.” Diriwayatkan oleh Al- Bukhäry. (Allah) juga memberitahukan bahwa kezhaliman itu merupakan berbagai kegelapan (bagi pelakunya) pada hari kiamat. Allah Ta’älä berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْراً عَظِيماً
“Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebaikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS. An-Nisä` : 40) Dan Rasulullah shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam suatu hadits qudsi :
يا عبادي إني حرمت الظلم على نفسي وجعلته بينكم محرماً فلا تظالموا
“Wahai sekalian hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, dan Aku telah menjadikannya sebagai perkara yang diharamkan antara sesama kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi.” (Allah) juga mengharamkan sikap ghuluw (ekstrim, melampaui batas) dalam agama. Allah Ta’älä berfirman :
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kalian ghuluw dalam agama kalian dan janganlah kalian berkata terhadap Allah kecuali yang benar.” (QS. An-Nisä` : 171).
Dan Nabi shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إياكم والغلو فإنه أهلك من كان قبلكم غلوهم في دينهم
“Berhati-hatilah kalian dari sikap ghuluw, karena sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama mereka.” Dan Ar-Rasül shallallähu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
لا تطروني كما أطرت النصارى ابن مريم ... الحديث
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memuji saya sebagaimana berlebihannya orang-orang Nasharo dalam memuji Ibnu Maryam… Al-Hadits” (Allah) juga mengharamkan sikap fanatik, dimana Rasulullah shallallähu ‘alaihi wa sallam bersabda :
... ومن قتل تحت راية عمية يدعوا لعصبية أو ينصر عصبية، فقتلته جاهلية ... الحديث “
… dan barangsiapa dibunuh di bawah bendera buta yang ia menyeru karena sikap fanatik atau ia membela karena sikap fanatik, (bila ia mati), maka matinya adalah (mati) jahiliyah… Al-Hadits” Diriwayatkan oleh Muslim.
Syaikhul Isläm Ibnu Taimiyyah rahimahulläh Ta’älä berkata (Al-Majmü’ 28/16) : “Dan para guru tidak boleh mengelompokkan manusia dan melakukan sesuatu yang bisa menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka, bahkan hendaklah mereka menjadi seperti bersaudara yang saling tolong-menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan sebagaimana Allah Ta’älä firmankan :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Mä`idah : 2) Dan tidak pula boleh bagi salah seorang dari mereka mengambil janji dari seorangpun guna menyetujui semua yang diinginkannya, mencintai orang yang dicintainya, dan memusuhi orang yang dimusuhinya, bahkan siapa yang melakukan perbuatan ini maka ia termasuk tipe Jenghis Khan dan orang-orang semisal dengannya yang menjadikan siapa yang menyetujui mereka sebagai kawan yang loyal dan menjadikan siapa yang menyelisihi mereka sebagai musuh yang sewenang-wenang. Akan tetapi hendaklah mereka dan para pengikut mereka berjanji kepada Allah dan Rasul-Nya untuk ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya serta memelihara hak-hak para guru sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kemudian apabila seorang ustadz terzhalimi, maka ia membantunya, dan apabila ia (ustadz tersebut) berbuat zhalim, maka ia tidak menolongnya untuk melakukan kezhaliman melainkan ia mencegahnya dari kezhalimannya sebagaimana tertetapkan dalam (kitab) Ash-Shahïh dari Nabi shallallähu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
انصر أخاك ظالما أو مظلوما ، قيل: يا رسول الله! أنصره مظلوما فكيف أنصره ظالماً؟ قال: تمنعه من الظلم فذلك نصرك إياه
“Tolonglah saudaramu, dalam keadaan ia menzhalimi atau dizhalimi. Ditanyakan : ‘Wahai Rasulullah! saya menolongnya dalam keadaan ia dizhalimi, lalu bagaimana saya menolongnya dalam keadaan ia berbuat zhalim? Beliau menjawab : ‘Engkau mencegahnya dari berbuat zhalim, maka yang demikian itu merupakan pertolonganmu kepadanya.”.” (Selesai ucapan Ibnu Taimiyah, pent.) Perkara-perkara keistimewaan-keistimewaan yang agung dan prinsip-prinsip yang lurus ini wajib diimplementasikan dan dipelihara oleh umat ini dengan sebaik-baiknya, baik oleh individu, masyarakat, rakyat maupun para penguasa, dan secara khusus oleh para ulama dan para penuntut ilmu, dan secara lebih khusus lagi, oleh mereka yang menyandarkan diri mereka kepada As-Sunnah dan Al-Jamä’ah (Ahlus Sunnah Wal Jamä’ah,pen.) Dan sesungguhnya di dalam melanggarnya atau melanggar suatu bagian darinya terdapat kerusakan yang sangat besar pada dunia dan agama yang mengantar kepada terhapusnya lambang-lambang yang agung ini, dan di dalam hal itu terdapat kejelekan yang sangat berbahaya dan kerusakan yang sangat besar. Di antara hal yang tidak diragukan oleh orang yang berakal, bahwasanya telah terjadi pelanggaran-pelanggaran besar dan kezhaliman yang parah lagi dahsyat pada orang yang mengucapkan kalimat haq, dimana kebenaran yang ada padanya ditolak disertai dengan penghinaan dan perendahan terhadapnya. Dan ini adalah sesuatu yang sangat dibenci lagi munkar jika muncul dari seorang yang kafir, bagaimana pula (jika ia berasal) dari seorang muslim. Maka hendaknya umat ini -secara khusus para pemudanya yang merupakan tiang baginya-, untuk menghormati kebenaran dan mengagungkannya, dan hendaknya mereka menghinakan kebatilan serta menumpas para pelakunya siapapun mereka. Dengan demikian, Allah akan menjayakan, memuliakan dan meninggikan derajat mereka. Dan sebaliknya, (melakukan sesuatu yang bertentangan dengannya) akan menyebabkan timbulnya bencana, kesesatan, fitnah-fitnah dan kemurkaan dari Allah serta berbagai petaka di dunia dan di akhirat, yang mana di antara petaka ini adalah berkuasanya musuh-musuh terhadap mereka hingga mereka kembali kepada agama mereka yang haq dan komitmen terhadapnya dengan komitmen yang sebenarnya. Semoga Allah memberikan taufiq kepada semua untuk melakukan apa yang diridhoi-Nya.
Ditulis oleh yang mengharapkan maaf Allah dan ampunan-Nya, Rabi’ bin Hadi ‘Umair Al-Madkhali Pada 16 Shofar 1422 H.
Sumber:www.sahab.net
diambil dari www.ahlussunnah.og

Tidak ada komentar:

Posting Komentar